DASAR DASAR PERENCANAAN KURIKULUM
Dalam arti sempit , kurikulum diartikan sebagai
kumpulan mata pelajaran yang diberikan kepada peserta didik sampai ke arti yang
sangat komprehensip yang dikenal sekarang.jika ditinjau misalnya dari kritik tajam yang melanda dunia pendidikan,
maka dapat diamati dengan jelas bahwa banyak kebijaksanaan tentang kurikulum
yang memberi kesan lebih sebagai response terhadap kritik dari pada sebagai
produk perencanaan yang matang.
Anggapan dasar tentang masa yang akan datang banyak
mempengaruhi sikap dan minat kalangan pendidik terhadap perencanaan dan pengembangan
kurikulum.seringkali dikatakan bahwa “merencanakan” adalah membawa konteks masa
depan ke saat sekarang atau mengbil keputusan tentang masa depan tersebut pada
masa kini . Menyadari adanya kemungkinan-kemungkinan yang menyangkut prospek
pendidikan dalam masyarakat dimasa mendatang , para ahli dan praktisi tidak
cukup hanya membuat ramalan atau prediksi , tetapi haruslah membuat rencana
untuk meningkatkan kemudahan mencapai prediksi yang positif dan mengurangi
peluang terjadinya prediksi yang negatif.
Pentingnya proses perencanaan kurikulum ini lebih
terasa lagi system pendidikan kejuruan dan teknologi yang mempunyai
karakteristik berbeda dengan pendidikan umum. Secara umum diketahui bahwa
pendidikan kejuruan dan teknologi diharapkan untuk dapat membekali para
lulusannya sehingga mampu memasuki dunia kerja dengan kompetensi yang memadai.
KONSEP – KONSEP DASAR TENTANG
KURIKULUM
Semua pihak sepakat bahwa kurikulum merupakan kunci
pokok atau komponen utama dalam usaha mengembangkan potensi anak didik melalui
program pendidikan.Meskipun demikian kesamaan pendapat sulit diperoleh dalam
memberikan batasan yang tegas tentang batasan kurikulum.
PERKEMBANGAN BATASAN KURIKULUM
1980 : Hass,curriculum Planning : A New
Approach
Kurikulum adalah semua pengalaman yang dialami
pribadi – pribadi anak didik dalam suatu program pendidikan yang bermaksud
untuk mencapai tujuan umum dan khusus yang relevan , yang direncanakan
berdasarkan kerangka teoritik dan riset atau praktekprofesional masa lalu dan
masa sekarang.
1982 : Olivia, Deleloping the Curriculum
Kurikulum adalah rencana atau program yang
menyangkut semua pengalaman yang dihayati anak didik dibawah arahan sekolah.
1986 :
Beane, et.al.,Curriculum Planning and
Development
Batasan
tentang kurikulum dapat diklarifikasikan menjadi empat kategori
1. Kurikulum
sebagai produk
2. Kurikulum
sebagai program
3. Kurikulum
sebagai belajar yang direncanakan
4. Kurokulum
sebagai pengalaman anak didik
Pada perkembangannya nampak sekali adanya
kecenderungan untuk menempatkan kurikulum sekolah sebagai wahana untuk
mengembangkan anak didik menjadi orang dewasa dalam artian tingkah laku dan
peranan yang diharapkan.
Kita dapat mengambil contoh dari klasifikasi yang
dibuat oleh Beane yang memandang kurikulum sebagai produk, sebagai proses ,
sebagai rencana belajar, dan sebagai hasil kegiatan atau pengalaman belajar.
Secara konsepsonal sebenarnya keempat klasifikasi tersebut menggambarkan
pergeseran orientasi kurikulum dari satu kutub (orientasi pada sekolah) ke
kutub yang lain (orientasi pada anak didik). Konsep ini sangat membantu dalam
proses perencanaan dan pengembangan kurikulum, sebab memang pada kenyataanya
kedua kepantingan itulah yang nantinya akan menentukan corak, warna, dan
efektifitas suatu kurikulum.
KURIKULUM DAN PENGAJARAN
Dapat kita katakana bahwa kurikulum mencakup semua
pengalaman belajar anak didik di sekolah, sedangkan pengajaran menyangkut
strategi penyampaian berbagai pengalaman belajar tersebut sehingga keduanya
memiliki hubungan erat. Dengan demikian perencanaan kurikulum tidak dapat
dilakukan tanpa memperhatikan prinsip-prinsip belajar yang ada , sebliknya
perencanaan kegiatan pengajaran tidak dapat mengabaikan gambaran menyeluruh
tentang apa yang harus dicakup dalam suatu program. Dalam hal ini perencanaan
kurikulum berada pada tingkat yang lebih tinggi, sedangkan perencanaan kegiatan
pengajaran (instructional planning)
berada pada tingkat yang lebih rendah, keduanya akan bertemu pada tahap
evaluasi , pada tahap ini baik isi dan struktur kurikulum serta proses dan
bahan ajar akan dinilai dengan criteria yang sama , yaitu sejauh mana keduanya
mampu membantu anak didik dalam mengembangkan potensinya secara optimal.
PERENCANAAN
DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
Dilihat dari perspektif sejarah, usaha perencanaan
dan pengembangan kurikulum sudah dimulai pada masa-masa Mesir kuno sekitar 2000
tahun sebelum masehi. Program – program magang yang terorganisir pada pokoknya
mencakup belajar kemampuan dasar menulis dan membaca karya sastra serta
mempelajari suatu ketrampilan tertentu dari seorang yang sudah dipandang ahli
yang berpengalaman.
Prinsip-prinsip dasar proses perencanaan dan pengembangan
kurikulum yang penting, antara lain :
- 1.
Perencanaan
kurikulum pada hakekatnya adalah suatu upaya untuk membantu anak didik, atau
dengan kata lain focus upaya perencanaan kurikulum tidak lain adalah siswa dan
pengalaman belajar yang diperolehnya.
- 2.
Dalam prosesnya,
perencanaan kurikulum melibatkan banyak pihak, dan dilakukan dalam berbagai
tingkat atau hierarki vertical, sesuai dengan junis dan kuantitas informasi
yang terlibat didalamnya.
- 3.
Karena luasnya
dimensi kurikulum sekolah, perencanaan kurikulum harus mengkaji banyak aspek
dan persoalan, disamping yang terutama tentang isi dan proses belajar mengajar.
- 4.
Dengan banyaknya
tahapan dan dinamika pendidikan dalam masyarakat yang harus dipertimbagkan
dalam proses perencanaan, maka perencanaan dan pengembangan kurikulum harus
dipandang sebagai suatu proses yang berkesinambungan dan berjalan terus menerus
tanpa mengenal ujubg pemberhentian, dan bukan sebagai usaha yang selesai dalam
sekali tindakan.
Dapat dikemukakan disini bahwa untuk mempersiapkan
suatu kurikulum yang mentap diperlukan perencanaan mulai dari tingkat makro
(nasional) sampai ketingkat mikro (interaksi Guru-Murid di kelas). Informasi
harus dikumpulkan menyangkut aspek demografis, aspek sosiologis dan aspek
ekonomis. Demikian pula untuk menyusun urutan dan struktur dan struktur
kurikulum diperlukan bentuan para ahli psikologi belajar, para pakar bidang
studi yang mumpuni, dan para ahli kependidikan.
KOMPONEN-KOMPONEN PERENCANAAN
KURIKULUM
Sejalan dengan luasnya scoope dan banyaknya dimensi
persoalan dalam perencanaan dan pengembangan kurikulum, banyak
komponen-komponen yang saling terkat satu sama lain dan harus selalu
dipertimbangkan dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut kurikulum
sekolah. Komponen-komponen ini dapat diklasifikasi menjadi tiga kelompok besar,
yaitu :
1. Komponen
landasan (termasuk Filosofi, sosiologi dan psikologi)
2. Komponen
konteks (falsafah Negara, struktut social ekonomi, politik, dan budaya)
3. Komponen
penyaring (termasuk sarana/prasarana, prinsip-prinsip belajar, dan
karakteristik anak didik).
Melalui kajian filosofi, kajian sosiologis dan
kajian psikologis hal-hal yang bersifat normative dan ideal yang menjadi
tumpuan tujuan penyelenggaraan pendidikan dapat dianalisis, dan ini sangat
bermanfaat untuk mencegah agar program pendidikan yang lahir tidak mudah goyang
dan berubah-ubah karena rapuhnya fondasi yang mendasarinya.
Disampingkomponen yang termasuk kelompok pertama di
atas yang sifatnya relative universal, perencanaan kurikulum dalam dunia
pendidikan haruslah juga memperhatikan factor-faktor yang sifatnya kontekstual,
yang khusus menyangkut lingkungan atau setting tertentu. Factor penyaring yang
pada akhirnya akan menentukan tahap pelaksanaan atau implementasi sebagai
langkah lanjut perencanaan suatu kurikulum.
Ditinjau dari segi filosofi, maka peri kehidupan
yang selalu berubah ini jelas mengubah perspektif global masyarakat dunia dan
pribadi manusianya. Pengetahuan manusia tentang “benar-salah”, “baik-buruk”,
dan “cocok-tidak cocok” senantiasa berubah sejalan dengan ledaka informasi,
ilmu pengetahuan dan teknologi. Demikian pula persepsi tentang hakikat manusia,
masyarakat dan sekolah serta system pendidikan secara luas akan selalu
terpengaruh karenanya.
Ditinjau dari segi sosiologi, kehidupan modern jelas mengubah system tanggung jawab individu menjadi semakin besar, menyusul perubahan struktur keluarga dan meningkatnya mobilitas populasi, dan semakin tingginya produktifitas serta tingkat industrialisasi di suatu masyarakat akan membawa pula perubahan tentang struktur kerja, konsep pemanfaatan waktu luang, dan konsep diri manusia itu sendiri. Ini menyebabkan semakin rumitnya pengertian relevansi antara pendidikan di sekolah dan kehidupan di luar sekolah, belum lagi diperhitungkan tentang konsep keseimbangan antara kebutuhan individu dan masyarakat yang selalu menarik ditinjau dari segi psikologi.
Indahnya Berbagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar