Kamis, 16 Oktober 2014

PERENCANAAN KURIKULUM

DASAR DASAR PERENCANAAN KURIKULUM

Dalam arti sempit , kurikulum diartikan sebagai kumpulan mata pelajaran yang diberikan kepada peserta didik sampai ke arti yang sangat komprehensip yang dikenal sekarang.jika ditinjau misalnya dari  kritik tajam yang melanda dunia pendidikan, maka dapat diamati dengan jelas bahwa banyak kebijaksanaan tentang kurikulum yang memberi kesan lebih sebagai response terhadap kritik dari pada sebagai produk perencanaan yang matang.
Anggapan dasar tentang masa yang akan datang banyak mempengaruhi sikap dan minat kalangan pendidik terhadap perencanaan dan pengembangan kurikulum.seringkali dikatakan bahwa “merencanakan” adalah membawa konteks masa depan ke saat sekarang atau mengbil keputusan tentang masa depan tersebut pada masa kini . Menyadari adanya kemungkinan-kemungkinan yang menyangkut prospek pendidikan dalam masyarakat dimasa mendatang , para ahli dan praktisi tidak cukup hanya membuat ramalan atau prediksi , tetapi haruslah membuat rencana untuk meningkatkan kemudahan mencapai prediksi yang positif dan mengurangi peluang terjadinya prediksi yang negatif.
Pentingnya proses perencanaan kurikulum ini lebih terasa lagi system pendidikan kejuruan dan teknologi yang mempunyai karakteristik berbeda dengan pendidikan umum. Secara umum diketahui bahwa pendidikan kejuruan dan teknologi diharapkan untuk dapat membekali para lulusannya sehingga mampu memasuki dunia kerja dengan kompetensi yang memadai.


KONSEP – KONSEP DASAR TENTANG KURIKULUM
Semua pihak sepakat bahwa kurikulum merupakan kunci pokok atau komponen utama dalam usaha mengembangkan potensi anak didik melalui program pendidikan.Meskipun demikian kesamaan pendapat sulit diperoleh dalam memberikan batasan yang tegas tentang batasan kurikulum.

PERKEMBANGAN BATASAN KURIKULUM
1980    : Hass,curriculum Planning  : A New Approach
Kurikulum adalah semua pengalaman yang dialami pribadi – pribadi anak didik dalam suatu program pendidikan yang bermaksud untuk mencapai tujuan umum dan khusus yang relevan , yang direncanakan berdasarkan kerangka teoritik dan riset atau praktekprofesional masa lalu dan masa sekarang.
1982    : Olivia, Deleloping the Curriculum
Kurikulum adalah rencana atau program yang menyangkut semua pengalaman yang dihayati anak didik dibawah arahan sekolah.
1986    : Beane, et.al.,Curriculum Planning and Development
Batasan tentang kurikulum dapat diklarifikasikan menjadi empat kategori
1.      Kurikulum sebagai produk
2.      Kurikulum sebagai program
3.      Kurikulum sebagai belajar yang direncanakan
4.      Kurokulum sebagai pengalaman anak didik
Pada perkembangannya nampak sekali adanya kecenderungan untuk menempatkan kurikulum sekolah sebagai wahana untuk mengembangkan anak didik menjadi orang dewasa dalam artian tingkah laku dan peranan yang diharapkan.
Kita dapat mengambil contoh dari klasifikasi yang dibuat oleh Beane yang memandang kurikulum sebagai produk, sebagai proses , sebagai rencana belajar, dan sebagai hasil kegiatan atau pengalaman belajar. Secara konsepsonal sebenarnya keempat klasifikasi tersebut menggambarkan pergeseran orientasi kurikulum dari satu kutub (orientasi pada sekolah) ke kutub yang lain (orientasi pada anak didik). Konsep ini sangat membantu dalam proses perencanaan dan pengembangan kurikulum, sebab memang pada kenyataanya kedua kepantingan itulah yang nantinya akan menentukan corak, warna, dan efektifitas suatu kurikulum.

KURIKULUM DAN PENGAJARAN
Dapat kita katakana bahwa kurikulum mencakup semua pengalaman belajar anak didik di sekolah, sedangkan pengajaran menyangkut strategi penyampaian berbagai pengalaman belajar tersebut sehingga keduanya memiliki hubungan erat. Dengan demikian perencanaan kurikulum tidak dapat dilakukan tanpa memperhatikan prinsip-prinsip belajar yang ada , sebliknya perencanaan kegiatan pengajaran tidak dapat mengabaikan gambaran menyeluruh tentang apa yang harus dicakup dalam suatu program. Dalam hal ini perencanaan kurikulum berada pada tingkat yang lebih tinggi, sedangkan perencanaan kegiatan pengajaran (instructional planning) berada pada tingkat yang lebih rendah, keduanya akan bertemu pada tahap evaluasi , pada tahap ini baik isi dan struktur kurikulum serta proses dan bahan ajar akan dinilai dengan criteria yang sama , yaitu sejauh mana keduanya mampu membantu anak didik dalam mengembangkan potensinya secara optimal.

PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
Dilihat dari perspektif sejarah, usaha perencanaan dan pengembangan kurikulum sudah dimulai pada masa-masa Mesir kuno sekitar 2000 tahun sebelum masehi. Program – program magang yang terorganisir pada pokoknya mencakup belajar kemampuan dasar menulis dan membaca karya sastra serta mempelajari suatu ketrampilan tertentu dari seorang yang sudah dipandang ahli yang berpengalaman.
Prinsip-prinsip dasar proses perencanaan dan pengembangan kurikulum yang penting, antara lain :
  1. 1.      Perencanaan kurikulum pada hakekatnya adalah suatu upaya untuk membantu anak didik, atau dengan kata lain focus upaya perencanaan kurikulum tidak lain adalah siswa dan pengalaman belajar yang diperolehnya.
  2. 2.      Dalam prosesnya, perencanaan kurikulum melibatkan banyak pihak, dan dilakukan dalam berbagai tingkat atau hierarki vertical, sesuai dengan junis dan kuantitas informasi yang terlibat didalamnya.
  3. 3.      Karena luasnya dimensi kurikulum sekolah, perencanaan kurikulum harus mengkaji banyak aspek dan persoalan, disamping yang terutama tentang isi dan proses belajar mengajar.
  4. 4.      Dengan banyaknya tahapan dan dinamika pendidikan dalam masyarakat yang harus dipertimbagkan dalam proses perencanaan, maka perencanaan dan pengembangan kurikulum harus dipandang sebagai suatu proses yang berkesinambungan dan berjalan terus menerus tanpa mengenal ujubg pemberhentian, dan bukan sebagai usaha yang selesai dalam sekali tindakan.

Dapat dikemukakan disini bahwa untuk mempersiapkan suatu kurikulum yang mentap diperlukan perencanaan mulai dari tingkat makro (nasional) sampai ketingkat mikro (interaksi Guru-Murid di kelas). Informasi harus dikumpulkan menyangkut aspek demografis, aspek sosiologis dan aspek ekonomis. Demikian pula untuk menyusun urutan dan struktur dan struktur kurikulum diperlukan bentuan para ahli psikologi belajar, para pakar bidang studi yang mumpuni, dan para ahli kependidikan.

KOMPONEN-KOMPONEN PERENCANAAN KURIKULUM
Sejalan dengan luasnya scoope dan banyaknya dimensi persoalan dalam perencanaan dan pengembangan kurikulum, banyak komponen-komponen yang saling terkat satu sama lain dan harus selalu dipertimbangkan dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut kurikulum sekolah. Komponen-komponen ini dapat diklasifikasi menjadi tiga kelompok besar, yaitu :
1.      Komponen landasan (termasuk Filosofi, sosiologi dan psikologi)
2.      Komponen konteks (falsafah Negara, struktut social ekonomi, politik, dan budaya)
3.      Komponen penyaring (termasuk sarana/prasarana, prinsip-prinsip belajar, dan karakteristik anak didik).
Melalui kajian filosofi, kajian sosiologis dan kajian psikologis hal-hal yang bersifat normative dan ideal yang menjadi tumpuan tujuan penyelenggaraan pendidikan dapat dianalisis, dan ini sangat bermanfaat untuk mencegah agar program pendidikan yang lahir tidak mudah goyang dan berubah-ubah karena rapuhnya fondasi yang mendasarinya.
Disampingkomponen yang termasuk kelompok pertama di atas yang sifatnya relative universal, perencanaan kurikulum dalam dunia pendidikan haruslah juga memperhatikan factor-faktor yang sifatnya kontekstual, yang khusus menyangkut lingkungan atau setting tertentu. Factor penyaring yang pada akhirnya akan menentukan tahap pelaksanaan atau implementasi sebagai langkah lanjut perencanaan suatu kurikulum.
Ditinjau dari segi filosofi, maka peri kehidupan yang selalu berubah ini jelas mengubah perspektif global masyarakat dunia dan pribadi manusianya. Pengetahuan manusia tentang “benar-salah”, “baik-buruk”, dan “cocok-tidak cocok” senantiasa berubah sejalan dengan ledaka informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi. Demikian pula persepsi tentang hakikat manusia, masyarakat dan sekolah serta system pendidikan secara luas akan selalu terpengaruh karenanya.
Ditinjau dari segi sosiologi, kehidupan modern jelas mengubah system tanggung jawab individu menjadi semakin besar, menyusul perubahan struktur keluarga dan meningkatnya mobilitas populasi, dan semakin tingginya produktifitas serta tingkat industrialisasi di suatu masyarakat akan membawa pula perubahan tentang struktur kerja, konsep pemanfaatan waktu luang, dan konsep diri manusia itu sendiri. Ini menyebabkan semakin rumitnya pengertian relevansi antara pendidikan di sekolah dan kehidupan di luar sekolah, belum lagi diperhitungkan tentang konsep keseimbangan antara kebutuhan individu dan masyarakat yang selalu menarik ditinjau dari segi psikologi.


Indahnya Berbagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar